فَإِنَّ اللهَ قد حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
“Sesungguhnya Allah ta’ala mengharamkan api neraka bagi orang yang berkata, “Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah” dengan mengharap wajah Allah ta’ala semata.”
Secara sepintas, isi hadist ini nampak menyenangkan. Hanya dengan bersaksi bahwa tidak ada sesuatu pun yang pantas di ibadahi selain Allah, serta bersaksi bahwa Muhamad adalah utusan-Nya. Seseorang akan terbebas, bahkan diharamkan dari jilatan api neraka. Benarkah demikian kenyataannya ….. ?
Perlu diingat, ungkapan tersebut merupakan pengakuan seorang hamba dihadapan Allah. Dengan mengucapkannya berarti seseorang menyatakan dihadapan Allah, bahwa dirinya
tidak lebih hanya sebatas seorang hamba dan Allahlah yang menciptakan dirinya beserta seluruh alam ini. Allahlah yang menghidupkan dan yang memelihara kehidupan ini. Allahlah yang menguasai antariksa raya ini. Sehingga, hanya Allah sendiri yang berhak disembah dan dipertuhan. Sedangkan selain Dia adalah makhluk, yang jelas tidak pantas disembah dan diagungkan melebihi porsi kemakhlukannya.
Hakekatnya, ketika seseorang sudah berikrar syahadat, berarti memberikan pernyataan iman kepada Allah. Ia akan menghambakan diri hanya kepada-Nya, sama sekali tidak bersedia menghambakan diri kepada jabatan, harta, hawa nafsu dan yang lainnya. Ia bersedia mentaati semua perintah dan rela meninggalkan semua larangan-Nya. Ia siap mempelajari dan kemudian mengamalkan firman-firman-Nya. Ia berani menghadapi apa pun yang bakal terjadi akibat dari apa yang di ikrarkannya. Ia takkan merasa malu atau takut membuktikan ikrarnya dalam praktek kehidupan sehari-hari, kapan, dimana, serta dalam situasi dan kondisi bagaimanapun.
Ironisnya, seiring dengan perjalanan waktu. Banyak hal yang tidak lagi di indahkan oleh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga tidak sedikit yang menyimpang dari kerangka tauhid yang telah diikrarkan. Kondisi ini diperparah dengan munculnya generasi-generasi yang tidak memiliki tauhid yang lurus dan pemahaman islam yang sempurna.
Sekilas Potret Umat Islam Dewasa ini
Kita akan tersadar manakala kita mau melihat realita yang terjadi pada umat ini. Banyak dari pengikutnya, memeluk agama islam hanya sebatas pengakuan dan KTPnya saja. Hal ini terbukti dengan adanya individu-individu yang tidak lagi menghiraukan hal-hal yang menjadi konsekuensi dari syahadat dalam perkara-perkara berikut ini:
Pengamalan rukun-rukun islam
Realita yang tidak dipungkiri lagi bahwa tidak sedikit dari kaum muslimin hari ini yang tidak melaksanakan rukun-rukun islam, seperti sholat, zakat, haji dan yang lainnya yang seyogyanya mereka wajib melaksanakannya.
Syaikh Utsaimin menyebutkan di dalam majmu’ fatawa, ketika ditanya tentang orang yang tidak melaksanakan salah satu rukun islam yaitu (sholat). Beliau menjawab, “Apabila anggota keluarga tidak mau shalat selama-lamanya, maka mereka telah kafir, murtad keluar dari islam. Tidak boleh tinggal bersama mereka tetapi wajib baginya untuk senantiasa mendakwahi mereka. Semoga Allah memberi mereka hidayah. Karena orang yang meninggalkan sholat, kafir berdasarkan dalil dari kitab, sunnah dan perkataan para sahabat, serta rasio akal yang sehat.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang tidak lagi melaksanakan konsekuensi dari syahadat berarti ia telah keluar dari dien islam . Ia telah membatalkan syahadatnya.
Penegakkan syareat
Kemudian kita akan lebih yakin lagi bahwa tidak sedikit kaum muslimin yang bersyahadat hanya sekedar pengakuan saja. Hal ini terbukti dengan munculnya kalangan yang menentang syareat islam. Contohnya, dalam urusan wajibnya jilbab bagi kaum muslimah. Tidak sedikit dari kaum muslimin yang meyakini bahwa jilbab tidak wajib dikenakan oleh seorang muslimah yang sudah baligh, bahkan mereka menganggap bahwa jilbab itu adalah adatnya orang Arab. Padahal Allah ta’ala telah mewajibkan hal tersebut bagi kaum muslimah dalam firmannya,
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Perwujudan tauhid
Salah satu penyelewengan tauhid yang sangat parah ialah ketika seseorang mempersekutukan Allah ta’ala. Hal ini bisa dilihat ketika musibah (Tsunami, gempa bumi, lumpur panas) dan musibah lainnya melanda pada suatu daerah. Maka ketika itu, muncul komentar-komentar yang miring yang sarat dengan kesyirikan dan khurafat dengan berkata, “Oh itu adalah gejala alam” atau “Alam sedang murka”dan komentar lainnya yang tidak berdalil. Padahal aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyatakan bahwa semua kejadian dan musibah itu adalah kehendak dari Allah ta’ala.
Dari pemaparan diatas, kita akan mengetahui sejauh mana pengamalan syahadat yang telah kita ikrarkan. Singkatnya, benarnya syahadat itu terwujud dengan melakukan ketundukan dan pengakuan terhadap hak-haknya yang berupa syariat islam yang merupakan penjelasan atau rincian dari kalimat ini. Yaitu dengan membenarkan semua yang dikabarkan dari-Nya, melaksanakan perintah serta menjauhi larangan-Nya. Kemudian ketika ada yang tidak melaksanakan ketundukan dan mengingkari syareat Allah dimuka bumi, maka syahadatnya telah batal. Wa Allahu ‘alam.